Muqaddimah
بِسْمِ الله الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ اْلاَوَّلِ بِلاَ اِبْتِدَاءْ, وَالْاَخِرِ بِلَا اِنْتِهَاءْ,
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَي اِمَامِ أَهْلِ الصَّفَاءِ وَالْوَفَاءْ,
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَي اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ
اِلَي يَوْمِ اللِّقَاءْ. أَمَّا بَعْدُ:
Tiada henti kaum Muslimin
di berbagai penjuru dunia melantunkan Qashidah Burdah sebagai ungkapan luapan
kerinduannya pada Sang Nabi Saw. Kata-katanya yang indah dibalut dengan
kandungan makna yang sangat dalam. Sungguh obat mujarab bagi setiap jiwa yang
gersang, juga obat rindu bagi para perindu Sang Nabi Saw.
Sambutan para ulama terhadap hadirnya Qashidah Burdah
sungguh luar biasa. Dari semasa hidupnya sang penyusun, hingga sekarang ini tak
berhenti para ulama yang memberikan komentar, syarah dan hasyiyah terhadap
Qashidah Burdah ini. Tidak kurang 20 ulama yang telah mensyarahinya,
diantaranya adalah Ibnu Shaight (w. 776 H), Syaikh Ali bin Muhammad al-Qalasha (w.
891 H), Syihabuddin Ibn al-Imad (w. 808), Syaikh Khalid al-Azhari (w. 905), Imam
Jalaluddin al-Mahalli, Syaikh Muhammad bin Ahmad al-Marzuqi, Syaikh Muhammad al-Mishri,
Syaikh Zakaria al-Anshari, Imam al-Bajuri dan Sayyid Daud bin Sulaiman
an-Naqsyabandi al-Baghdadi.
Di Hadhramaut, dan
banyak daerah Yaman lainnya, diadakan pembacaan Qashidah Burdah setiap Shubuh
hari Jum’at atau Ashar hari Selasa. Bahkan oleh ulama-ulama al-Azhar pada setiap hari
Kamis dan Jum’at diajarkan kitab Hasyiyah al-Bajuri ‘ala al-Burdah
al-Bushiri yang banyak diikuti oleh para pelajar dan mahasiswanya. Sampai kini masih
diadakan pembacaan Burdah di masjid-masjid besar di Kota Mesir seperti Masjid
Imam Husain dan Masjid Sayyidah Zainab.
Di Negeri Syam (Syiria)
majelis-majelis Qashidah Burdah juga digelar di rumah-rumah dan di
masjid-masjid mereka yang dihadiri pula oleh para ulama besar. Di Maroko pun
biasa diadakan majelis-majelis besar untuk pembacaan Qashidah Burdah dengan
lagu-lagu yang merdu nan indah yang setiap pasal dibawakan dengan lagu khusus.
Qashidah Burdah tak
hanya indah kata-katanya, tapi doa-doanya pun memberikan kemanfaatan pada jiwa.
Karena itu tak mengherankan jika banyak ulama memberikan catatan khusus tentang
Burdah, baik dalam bentuk syarah (komentar) maupun hasyiyah
(catatan kaki atau catatan pinggir). Qashidah Burdah al-Bushiri juga telah banyak
diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti Persia, Turki, Urdu, Punjabi,
Swahili, Pastum, Indonesia/Melayu, Inggris, Prancis, Jerman dan Italia.
Qashidah Burdah adalah
salah satu karya paling populer dalam khazanah sastra Islam. Isinya sajak-sajak
pujian kepada Nabi Muhammad Saw., pesan moral, nilai-nilai spiritual dan
semangat perjuangan. Hingga kini Qashidah Burdah masih sering dibacakan di
berbagai pondok pesantren, terlebih saat peringatan Maulid Nabi. Tak terhitung
orang yang telah menghafalnya di luar kepala.
Sya’roni
As-Samfuriy, Tegal 27 Dzul Qa’dah 1435 H/22 September 2014 M.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar