Kamis, 18 September 2014

Kemuliaan Al-Quran



في ذكر شرف القرأن
(Kemuliaan Al-Quran)

دَعْنِيْ وَوَصْفِيَ آيَاتٍ لَهُ ظَهَرَتْ ۞ ظُهُوْرَ نَارِ الْقِرٰى لَيْلاً عَلَي عَلَمِ
Biarkan kuurai beberapa mukjizat yang tampak pada Nabi.
Seperti nampaknya api jamuan malam hari di atas gunung menjulang tinggi.

فَالدُّرُّ يَزْدَادُ حُسْنًا وَهْوَ مُنْتَظِمٌ ۞ وَلَيْسَ يَنْقُصُ قَدْرًا غَيْرُ مُنْتَظِمِ
Mutiara bertambah indah bila ia tersusun rapi.
Namun jika pun tak tersusun, nilainya tak berkurang sama sekali.

فَمَا تَطَاوَلَ آمَالُ الْمَدِيْحِ إِلىٰ ۞ مَا فِيْهِ مِنْ كَرَمِ الْأَخْلاَقِ وَالشِّيَمِ
Puncak segala pujian adalah memuji.
Memuji sifat dan pekerti mulia yang ada pada Sang Nabi.

آيَاتُ حَقٍّ مِنَ الرَّحْمَنِ مُحْدَثَةٌ ۞ قَدِيْمَةٌ صِفَةُ الْمَوْصُوْفِ بِالْقِدَمِ
Ayat-ayat al-Quran dari Allah, turunnya adalah bersifat baru.
Karena Allah Dzat Maha Dahulu lagi kekal, maka secara maknan pun terdahulu.

لَمْ تَقْتَرِنْ بِزَمَانٍ وَهِيَ تُخْبِرُنَا ۞ عَنِ الْمَعَادِ وَعَنْ عَادٍ وَعَنْ إِرَمِ
Ayat-ayat al-Quran tak bersamaan dengan zaman, tapi ia kabarkan pada kita.
Tentang hari kiamat, kaum ‘Ad dan Kota Iram masa esok dan yang lusa.

دَامَتْ لَدَيْنَا فَفَاقَتْ كُلَّ مُعْجِزَةٍ ۞ مِنَ النَّبِيِّيْنَ إِذْ جَاءَتْ وَلَمْ تَدُمِ
Ayat-ayat al-Quran kekal bersama kita, ianya mengungguli.
Lebih unggul dari semua mukjizat yang tampak pada para nabi.

مُحَكَّمَاتٌ فَمَا يُبْقِيْنَ مِنْ شُبَهٍ ۞ لِذِيْ شِقَاقٍ وَلاَ يَبْغِيْنَ مِنْ حَكَمِ
Al-Quran yang kokoh, tak sisakan bagi para musuh segala keraguan.
Ayat-ayatnya tak sedikit pun menyimpang dari kebenaran.

مَا حُوْرِبَتْ قَطُّ إِلاَّ عَادَ مِنْ حَرَبٍ ۞ أَعْدَى الْأَعَادِيْ إِلَيْهَا مُلْقِيَ السَّلَمِ
Tak satu ayat pun ditentang oleh para penentang kebenaran,
terkecuali ia pasti kan kembali padanya dalam keadaan tunduk dan beriman.

رَدَّتْ بَلاَغَتُهَا دَعْوٰى مُعَارِضِهَا ۞ رَدَّ الْغُيُوْرِ يَدَ الْجاَنِيْ عَنِ الْحَرَمِ
Keindahan sastranya membuat takluk para penentangnya.
Bak pencemburu membela kehormatan dari tangan pendosanya.

لَهَا مَعَانٍ كَمَوْجِ الْبَحْرِ فِيْ مَدَدٍ ۞ وَفَوْقَ جَوْهَرِهِ فِي الْحُسْنِ وَالْقِيَمِ
Baginya makna-makna yang saling menunjang bak ombak lautan.
Yang nilai keindahannya melebihi mutiara berkilauan.

فَلاَ تَعَدُّ وَلاَ تُحْصَي عَجَائِبُهَا ۞ وَلاَ تُسَامُ عَلَي الْإِكْثَارِ بِالسَّأَمِ
Keajaibannya teramat banyak tak terhingga oleh bilangan.
Dan keajaiban itu tak satu pun membuat kita bosan.

قَرَّتْ بِهَا عَيْنُ قَارِيْهَا فَقُلْتُ لَهُ ۞ لَقَدْ ظَفِرْتَ بِحَبْلِ اللَّهِ فَاعْتَصِمِ
Menjadi teduh mata pembacanya, lalu kukatakan padanya:
“Sungguh kau beruntung, berpegangteguhlah selalu pada taliNya.”

إِنْ تَتْلُهَا خِيْفَةً مِنْ حَرِّ نَارِ لَظَي۞  أَطْفَأْتَ حَرَّ لَظَي مِنْ وِرْدِهَا الشِّيَمِ
Jika kau membacanya karena takut panasnya neraka Ladza.
Maka kan padamlah panasnya neraka Ladza karena kesejukannya.

كَأَنَّهَاالْحَوْضُ تَبْيَضُّ الْوُجُوْهُ بِهِ ۞ مِنَ الْعُصَاةِ وَقَدْ جَآءُوْهُ كَالْحُمَمِ
Ia bagai telaga, yang dengannya wajah para pendosa menjadi putih.
Padahal mereka datang dengan warna hitam arang pada wajah.

وَكَالصِّرَاطِ وَكَالْمِيْزَانِ مَعْدِلَةً ۞ فَالْقِسْطُ مِنْ غَيْرِهَا فِي النَّاسِ لَمْ يَقُمِ
Ia lurus bagai jembatan, adil bagai timbangan.
Kitab-kitab selainnya takkan selanggeng ia dalam keadilan.

لاَ تَعْجَبَنْ لِحُسُوْدٍ رَاحَ يُنْكِرُهَا ۞ تَجَاهُلاً وَهُوَ عَيْنُ الْحاَذِقِ الْفَهِمِ
Janganlah kau heran pada para pendengkinya yang selalu ingkar.
Mereka berpura-pura bodoh padahal cukup paham dan pintar.

قَدْ تُنْكِرُ الْعَيْنُ ضَوْءَ الشَّمْسِ مِنْ رَمَدٍ ۞ وَيُنْكِرُ الْفَمُ طَعْمَ الْمَآءِ مِنْ سَقَمِ
Terkadang mata sakit mengingkari pada sinar matahari.
Segarnya air pun mulut memungkiri, karena sakit yang menyelimuti.

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَزِدْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ وَعَلَي آلِهِ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar