Senin, 15 September 2014

Kerinduan pada Sang Rasul Saw.

فى ذكر عشق رسول الله صلى الله عليه وسلم
(Kerinduan pada Sang Rasul Saw.)

أَمِنْ تَذَكُّرِ جِيْرَانٍ بِذِي سَلَمٍ ۞ مَزَجْتَ دَمْعًا جَرٰى مِنْ مُقْلَةٍ بِدَمِ
Apakah karena kau mengingat sang kekasih di Desa Dzi Salam?
Sampai air mata di pipimu bercampur dengan darah.

أَمْ هَبَّتِ الرِّيْحُ مِنْ تِلْقَاءِ كَاظِمَةٍ ۞ أَوْ أَوْمَضَ الْبَرْقُ فِي الظَّلْمَاءِ مِنْ إِضَمِ
Ataukah karena angin yang berhembus dari arah Kadzimah,
dan kilat yang berkilau dalam gulita malam di lembah Idham.

فَمَا لِعَيْنَيْكَ إِنْ قُلْتَ اكْفُفَا هَمَتَا ۞ وَمَا لِقَلْبِكَ إِنْ قُلْتَ اسْتَفِقْ يَهِمِ
Mengapa bila kau tahan air matamu ia tetap basah?
Mengapa bila kau sadarkan hatimu ia tetap gelisah?

أَيَحْسَبُ الصَّبُّ أَنَّ الْحُبَّ مُنْكَتِمٌ ۞ مَا بَيْنَ مُنْسَجِمٍ مِنْهُ وَمُضْطَرِمِ
Apakah sang kekasih kira bahwa cintanya tersembunyi
di antara air mata yang mengucur dan bergeloranya hati?

لَوْلاَ الْهَوٰى لَمْ تُرِقْ دَمْعًا عَلَي طَلَلٍ ۞ وَلاَ أَرَقْتَ لِذِكْرِ الْبَانِ وَالْعَلَمِ
Jika bukan karena cinta, takkan kautangisi puing rumahnya,
takkan kau bergadang untuk mengingat pohon Ban dan ‘Alam.

فَكَيْفَ تُنْكِرُ حُبًّا بَعْدَمَا شَهِدَتْ ۞ بِهِ عَلَيْكَ عُدُوْلُ الدَّمْعِ وَالسَّقَمِ
Dapatkah kau pungkiri cinta setelah kesaksian air mata
dan derita atas cintamu dengan jujur tanpa dusta?

وَأَثْبَتَ الْوَجْدُ خَطَّي عَبْرَةٍ وَضَنًى ۞ مِثْلَ الْبَهَارِ عَلَي خَدَّيْكَ وَالْعَنَمِ
Kesedihanmu timbulkan dua garis tangis dan kurus lemah,
bagaikan bunga kuning di kedua pipi dan mawar merah.

نَعَمْ سَرٰى طَيْفُ مَنْ أَهْوٰى فَأَرَّقَنِي ۞ وَالْحُبُّ يَعْتَرِضُ اللَّذَّاتِ بِالْأَلَمِ
Memang terlintas dirinya dalam mimpi hingga kuterjaga.
Tak hentinya cinta merindangi kenikmatan dengan derita.

يَا لاَئِمِيْ فِي الْهَوَى الْعُذْرِيِّ مَعْذِرَةً ۞ مِنِّي إِلَيْكَ وَلَوْ أَنْصَفْتَ لَمْ تَلُمِ
Maafku untukmu wahai para pencaci gelora cintaku.
Seandainya kau bersikap adil, takkan kau cela aku.

عَدَتْكَ حَالِيَ وَلاَ سِرِّيْ بِمُسْتَتِرٍ ۞ عَنِ الْوُشَّاةِ وَلاَ دَائِيْ بِمُنْحَسِمِ
Kini kau tahu keadaanku, pendusta pun tahu rahasiaku.
Padahal tidak juga kunjung sembuh penyakitku.

مَحَضْتَنِي النُّصْحَ لٰكِنْ لَسْتُ أَسْمَعُهُ ۞ إِنَّ الْمُحِبَّ عَنِ الْعُذَّالِ فِيْ صَمَمِ
Begitu tulus nasihatmu tapi tak kudengar semuanya.
Karena untuk para pencaci, sang pecinta tuli telinganya.

إِنِّي اتَّهَمْتُ نَصِيْحَ الشَّيْبِ فِيْ عَذَلِيْ ۞ وَالشَّيْبُ أَبْعَدُ فِيْ نُصْحٍ عَنِ التُّهَمِ
Aku kira ubanku pun turut mencelaku.
Padahal ubanku pastilah tulus memperingatkanku.

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَزِدْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ وَعَلَي آلِهِ

3 komentar: